Category:
Vaksin
Bismillahirrahmanirrahim...
Hai Sobat Ya! Lama tak jumpa, apa kabarmu? Kami harap sobat selalu dalam lindungan Ilahi Rabbi.
Dengar-dengar, dunia sobat sudah lama dan sedang gempar oleh sebuah virus yang mematikan, ya? Ah, rasanya nikmat sekali hidup sebagai tulisan ini, hanya menyampaikan pesan dan merasa nyaman dengan keadaan. Lalu bertingkah seolah akulah yang paling bijak dan mulia menyampaikan kebaikan kepada semua Sobat Ya! yang perasaannya selalu berubah-ubah. Yang menulis dan menjadi wasilah atas adanya mungkin juga merasakan hal yang sama dengan sobat. Terombang-ambing dalam kehidupan dan pentas dunia yang menjijikkan. Haha, bahagianya aku sebagai tulisan yang tak perlu berpikir.
Mengenai virus yang melanda dunia sobat, tak perlu khawatir. Kini para ilmuan kesehatan dan dokter di seluruh dunia sedang mengupayakan vaksin untuk menumpasnya. Walaupun jutaan jiwa sudah tak terselamatkan, namun masih ada kesempatan untuk ratusan juta jiwa manusia yang akan merasakan bahagia dengan hadirnya vaksin ini.
Tapi aku sebagai tulisan yang sok bersikap bijak selalu merasa kasihan dengan jiwa yang ada pada duniamu, sobat. Betapa mirisnya hati pada tiap-tiap hurufku ini melihat makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna mencederai kesempurnaannya dengan menodai setiap nuraninya sendiri.
Banyak dari mereka yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan ini untuk kepentingan pribadi. Ketika rakyat kecil menderita kelaparan dan dilarang untuk keluar rumah, perusahaan besar meraup keuntungan dari rakyat yang dapat penghasilan dari rumah. Ada pula bantuan dari pemerintah namun sedikit-sedikit yang menyalurkannya minta jatah. Belum lagi kabar ulama-ulama yang dipanggil menghadap Sang Kekasih satu per satu setiap harinya. Ya ampun. Sudahlah sobat, bersabarlah!
Ah, lagi dan lagi... mudah sekali aku sebagai tulisan yang hanya menyerukan kata-kata sabar.
Jika boleh memberikan saran, kenapa sobat hanya fokus memberikan vaksin pada penyakit yang merenggut jiwa manusia? Bagaimana dengan vaksin yang mengikis akhlak manusia? Bukankah itu juga penting untuk keberlangsungan hidup ratusan juta jiwa yang lainnya? Apalagi keberlangsungan hidup di kehidupan kedua. Bukankah itu kehidupan yang sesungguhnya? Mungkin kalian akan lebih beruntung dan berbahagia dibanding aku yang hanya sebagai tulisan yang bahkan mungkin tak punya kehidupan selanjutnya.
Dalam agama Islam, untuk menerapkan vaksin ini, sobat tak perlu muluk-muluk mencari dan meneliti bahan kimia. Pada Alquran Surat Maryam ayat 59 dikatakan:
"Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun".
Ada baiknya kita ketahui dulu ayat sebelumnya yang menceritakan tentang golongan yang berbahagia yaitu para nabi dan orang saleh yang mengikuti jejaknya dalam menjalankan agama dan batasannya. Lalu, datang ayat di atas yang menceritakan golongan (yang buruk) setelahnya.
Jika sobat perhatikan pada ayat tersebut, penyebab dari jeleknya golongan itu adalah "meninggalkan salat" dan "menuruti hawa nafsunya". Imam Ibnu Katsir mengatakan dalam tafsirnya, bahwasanya karena mereka melalaikan salat yang hanya sekadar mendirikannya lima kali sehari dengan durasi kurang dari satu jam saja mereka lalai, apalagi kewajiban dan ketentuan agama lainnya yang lebih berat dan menantang hawa nafsu untuk melewati batas tersebut?
Maka ada baiknya sobat kembali melihat bagaimana salat sobat? Apakah sudah tertata rapi dan teratur sesuai aturannya? Jika tidak, tenang masih ada ayat selanjutnya.
Sobat masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki selama nafas masih dikandung badan. Dalam hadis panjang yang diriwayatkan Ibnu Majah No. 378 bahwasanya amalan yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah salat, jika menunaikan salat maka akan baik dan selamat (nasibnya), jika rusak salatnya maka akan merugi dan binasa. Lalu Allah akan memerintahkan malaikat untuk memeriksa salat sunahnya yang dapat menyempurnakan ibadah wajibnya.
Jika sudah benar dan tertata rapi artinya sobat siap untuk menyebarkan vaksin untuk melemahkan penyakit yang menggerogoti akhlak manusia ini.
Banyak teman-teman sepertiku yang lain menyerukan dakwah dan nasihat agar meninggalkan ini itu dan perkara ikhtilaf1 lainnya, tapi mereka lupa untuk menyerukan hal yang sepele tapi amat penting bagi kehidupan dunia dan akhirat.
Sobat tak perlu menjadi ustaz, kiai, ataupun ulama untuk menyebarkan vaksin ini. Cukup tekad kuat dan semangat untuk menyelamatkan dunia juga akhirat sobat, dan teman-teman sobat jika memang sobat peduli. Atau mungkin -sekali lagi- sobat sudah pasrah menjadi anggota Surat Maryam ayat 59? Tapi aku sih hanya sebuah tulisan, sobat yang menentukan respon atas diriku ini. Semoga dapat menjadi pengingat walaupun aku tak tahu di mana tempatku kelak di akhirat.
Adapun kalimat "mengikuti hawa nafsunya" tak perlu banyak penafsiran sebenarnya pada kalimat ini. Dan kali ini bukan hanya berlaku pada kaum muslimin saja. Hawa nafsu sesuatu yang mengerikan. Seharusnya manusia sudah mengetahui mana yang benar dan salah dalam berbuat. Nuraninya kadang menolak untuk melakukan kemungkaran. Namun, hawa nafsu selalu lebih kuat dan mengalahkan serta membabi buta untuk meredam nurani yang meronta. Lalu bagaimana cara mencegahnya? Seharusnya kau tahu, sobat! Apa kau tak punya hati melihat orang lain menderita dan merugi karenamu? Apa kau merasa puas dengan menyakiti orang lain? Mana peri kemanusiaan yang sering kau serukan? Seharusnya tidak ada maling yang bangga dan bahagia dengan kejahatannya. Mungkin sobat tinggal di dunia yang aneh dan berbeda. Ya sekali lagi aku sih tidak mengerti bagaimana rasanya menjadi manusia. Aku hanya tulisan yang tak bernyawa. Semoga kalian bahagia dalam kehidupan dunia kalian sebagaimana aku selalu bahagia dengan ekspresiku melalui huruf-huruf ini. [alf]
1 Ikhtilaf adalah istilah dalam kajian hukum Islam yang berarti perbedaan, perselisihan, dan pertukaran.