Category:
Peringatan: Jangan Kuliah di Turki
Pergi kuliah ke luar negeri ternyata tak seindah yang dibayangkan. Pergi kuliah ke luar negeri juga tak seindah foto di Instagram. Kuliah di luar negeri tak semudah yang diiklankan agen-agen yang kurang bertanggung jawab. Kuliah di luar negeri itu harus kuat-kuat menahan godaan, entah itu untuk jalan-jalan, untuk main, untuk pelesiran, dan hal menggoda lainnya. Kuliah di luar negeri itu auto belajar keras tentang manajemen.
Jangan kuliah di Turki tanpa niat yang jelas dan kuat. Kenapa? Karena tanpa niat dan tujuan yang jelas dan kuat, godaan untuk pelesiran dan hura-hura akan lebih kuat dan sulit diatasi. Tanpa niat dan tujuan yang jelas untuk kuliah di Turki, destinasi wisata kelas dunia yang ada di Turki tentu akan lebih menggoda daripada belajar, apalagi belajar bahasa Turki. Bagi mereka yang berkuliah di universitas yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar masih mending, tapi bagaimana jika kasusnya berkuliah di universitas yang menggunakan bahasa Turki sebagai bahasa pengantar dan malas belajar bahasa Turki? Tamat sudah cerita. Tamat jika tidak segera sadar bahwa tujuan utamanya adalah belajar, bukan pesiar.
Jangan kuliah di Turki sebelum melakukan riset tentang segala hal yang berhubungan dengan Turki. Dari mulai bahasa, kultur dan budaya, sistem pendidikan, tingkat kesulitan untuk lulus, kondisi sosial, ekonomi dan politik, dan yang lainnya. Pertama, sekali lagi hal ini erat kaitannya dengan niat. Ketika kita memang memiliki niat yang jelas dan kuat, tentu riset akan dilakukan dari jauh-jauh hari. Riset itu akan sangat membantu kita agar memiliki gambaran hal-hal apa saja yang harus dan jangan dilakukan. Riset tentang kultur dan budaya akan meminimalisir kemungkinan culture shock. Culture shock ini tentu tidak bisa dianggap remeh, ada beberapa kasus culture shock yang berdampak pada terganggunya proses menuntut ilmu di Turki. Bahkan, ada yang memilih untuk tidak meneruskan prosesnya. Jadi riset dulu, agar tidak konslet.
Jangan kuliah di Turki sebelum siap mental. Pergi dari Indonesia ke Turki untuk belajar itu artinya merantau. Dan untuk merantau harus punya mental yang kuat kalau tak ingin mental (terpental -red). Perantauan itu tempat dengan beragam kemungkinan yang kemungkinan besar menyulitkan. Jika mental sebagai perantau itu sudah kuat, masalah yang datang silih berganti itu akan selalu dituntaskan. Ketika ada masalah yang menyulitkan kita, tapi kita justru menghidar dan bukan dihadapi, itu berarti ada yang harus dibenahi, terlebih soal mental sebagai perantau. Dinamika di perantauan itu akan selalu menarik bagi perantau dengan mental yang kuat, bagi perantau dengan niat belajar yang selalu kuat.
Jadi, merantau, mau ke mana pun sebetulnya harus dilandasi dengan niat dan alasan yang kuat. Apalagi merantau dengan titel pelajar atau mahasiswa yang melekat pada diri kita. Bukan apa, mahasiswa adalah calon-calon penerus estafet kepemimpinan sebuah negara. Jika baik bibitnya, maka pertumbuhan ke depannya juga akan baik. Berlaku juga sebaliknya. Dan jika mahasiswanya saja tidak memiliki niat dan tujuan yang jelas, bagaimana nasib perkembangan bangsa itu? Ke mana arah perkembangan bangsa itu? Untuk yang sudah terlanjur nyemplung ke Turki, tulisan ini mungkin bisa dijadikan sebagai bahan refleksi. Terkhusus untuk saya sendiri sih sebenarnya. Sebenarnya juga, judulnya bisa saja “Jangan Kuliah di Jerman”, “Jangan Kuliah di Cina”, atau bahkan, “Jangan Kuliah di Indonesia”. Hanya suatu kebetulan saja saya kuliah di Turki, sehingga judulnya begitu. Mungkin juga masih ada faktor-faktor lainnya, yang karena keterbatasan saya menjadi tidak tertuliskan. Namun menurut saya, yang saya uraikan di atas merupakan 3 faktor paling fundamental untuk berangkat merantau. Mungkin saya salah, tapi kalian harus tetap setuju bahwa Allah Mahabenar. Jika ada manfaatnya silakan diambil, jika tidak ada, manfaatkan. [shb]