Category:
Geisha, Penghibur yang Sering Disalah Artikan
Mendengar kata Geisha, sering kali yang terbayang di pikiran kita adalah para perempuan Jepang yang mengenakan Kimono dengan riasan wajah putih. Sering kali juga profesi Geisha dipandang negatif oleh masyarakat karena cenderung diartikan sebagai prostitusi. Padahal kenyataannya, tidak seperti itu.
Geisha (芸者), dalam bahasa Jepang berarti seorang penghibur. Huruf 芸 dalam kata itu berarti penghibur. Huruf ini dipakai juga untuk kata Geinoujin (芸能人), yang berarti pelawak. Sedangkan huruf 者 berarti orang. Sama sekali tidak mengandung makna negatif yang merujuk ke prostitusi, bukan?
Lalu, mengapa kata Geisha ini bisa dikonotasikan negatif? Konon, hal ini dipengaruhi oleh penyebutan orang-orang barat yang tinggal di Jepang sekitar tahun 1940-an. Mereka banyak yang salah menduga Geisha sebagai Oiran. Oiran inilah yang sesungguhnya merupakan pekerja seks komersial.
Pada umumnya, baik Geisha dan Oiran sama-sama berpakaian Kimono dan merias wajahnya dengan bubuk putih yang disebut Oshiroi. Namun, Geisha tidak melayani pekerjaan prostitusi. Mereka hanya menghibur para tamu mulai dari bernyanyi, menari, bermain alat musik, hingga menuangkan teh. Sedangkan Oiran memang melayani hal itu.
Perbedaan lain antara Geisha dan Oiran adalah tempat di mana bisa menemui mereka. Pada umumnya, Geisha tinggal di rumah seorang Danna (旦那), yang berperan sebagai orang yang membiayai mereka. Tempat tinggalnya disebut dengan Okiya. Kata Danna sendiri, bisa juga berarti suami jika dipakai oleh seorang istri ketika mendeskripsikan suaminya pada orang lain.
Sedangkan untuk bisa menemui Oiran, tempat yang harus dikunjungi adalah warung teh tradisional yang disebut Chaya. Di sana, pelanggan tidak bisa langsung menyewa Oiran. Tapi harus mengikuti beberapa kegiatan yang bisa membuktikan pelanggan memiliki banyak uang untuk bisa ‘bermain’ dengan Oiran.
Oiran sebenarnya adalah seorang pekerja seks komersial di tatanan kelas atas. Dengan kata lain, Oiran memiliki derajat tinggi dibandingkan pekerja seks pada umumnya. Maklum saja jika untuk menyewanya memerlukan tahapan yang panjang dan kucuran dana yang banyak.
Tahapan yang dilalui orang yang ingin menjadi Oiran dan Geisha juga berbeda. Untuk menjadi Oiran tahapan yang dilalui sangat panjang. Mereka akan memulainya sebagai Kamuro, lalu berlanjut sebagai Furisode Shinzou. Tidak semua yang menjadi Furisode Shinzou dapat menjadi Oiran. Hanya mereka yang memiliki kecerdasan dan tanlenta kebudayaan yang sangat tinggi saja lah yang bisa menjadi Oiran pada akhirnya. Lalu, kemana sisanya? Mereka akan menjadi pelayan Oiran.
Berbeda dengan Geisha yang memulai ‘karir’-nya dari sebuah Kenshuu atau pelatihan dasar sebagai Maiko. Setelah itu, mereka bisa langsung menjadi Geisha jika mampu melalui standart yang sudah ditentukan. Namun, sama seperti Oiran, para Geisha juga harus berbudaya. Karena yang mereka jual adalah pertunjukan budaya mereka.
Satu tambahan yang cukup penting. Seorang Geisha tidak bisa berhubungan dengan pelanggannya. Tugas mereka benar-benar adalah seorang penghibur yang menampilkan kebudayaan yang mereka kuasai saja. Jika seorang Geisha bekerja lebih dari itu, maka Danna mereka bisa memberikan hukuman kepada mereka.
Meski di era modern seperti ini masih banyak orang yang berprofesi sebagai Geisha, terutama di Kyoto, tapi profesi ini semakin ditinggalkan. Walau begitu, di dunia hiburan Jepang saat ini juga menjamur grup idola yang memiliki konsep dasar yang kurang lebih sama dengan Geisha. Sebut saja beberapa grup terkenal seperti AKB48, Nogizaka46, Morning Musume, dll. Namun, semua grup idola itu bukanlah cerminan dari Geisha.
Hanya saja, beberapa konsep dasar Geisha ada di dalam grup-grup idola itu. Misalnya, mereka sebagai seorang penghibur memiliki kemampuan yang tinggi di bidang kebudayaan. Banyak anggotanya yang tampil sebagai pemain peran, penyanyi, hingga penari. Sebut saja Maeda Atsuko yang merupakan lulusan AKB48. Ia sukses menjadi aktris di Jepang.
Dalam perekrutannya, mereka juga membuat sebuah Kenshuu atau pelatihan. Jadi, meski sudah mengikuti audisi, mereka tetap harus dididik dan diarahkan sesuai talentanya masing-masing. Sama seperti cara menjadi Geisha yang harus menjadi Maiko dulu, kan? Sebagai contoh adalah Sakamichi Kenshuusei yang telah usai di awal tahun 2020. Dari situ, produser berhasil menelurkan idola-idola berbakat yang dimasukkan ke dalam grup Nogizaka46, Keyakizaka46, dan Hinatazaka46.
Terlebih, grup idola juga memiliki aturan unik yang cukup sama seperti aturan di dunia kerja Geisha. Para anggota grup idola itu tidak diperbolehkan menjalin hubungan dengan lawan jenis. Jika mereka melakukannya, akan ada hukuman yang berlaku. Yang paling parah terjadi pada anggota grup AKB48, Minegishi Minami, yang dihukum dengan penggundulan rambutnya karena ketahuan berpacaran dengan lawan jenis.
Sekali lagi, grup idola ini bukan cerminan Geisha. Keduanya berada di lingkungan kerja yang berbeda.
Jadi, bagaimana? Sudah tahu lebih tentang Geisha, kan? Semoga para pembaca bisa mulai menghilangkan stigma negatif tentang Geisha. Biar bagaimanapun, mereka hanya seorang penghibur. Itu adalah profesi mereka. (pst)